Kamis, 05 September 2019

Ludruk Lapangan Pecangaan

Pecangaan

RATU SIMA

   Menurut sejarah, katanya jepara dulu, entah pada tahun berapa, jepara dipimpin seorang wanita yaitu ratu sima. Kalau ini ada temuan prasastinya, kerajaannya bernama kalingga (keling). Waduh benar-benar hebat ya wanita jepara, sudah mukanya cantik, ditambah dengan ketangguhannya. Lihat saja penerus ratu sima. Lha kok ya dari semua perempuan mendominasi kekuasaan di Jepara. Contohnya Ratu Kalinyamat. 
     Setelah itu ada wanita tangguh Nyai Ratu Ki Ajeng Kartini, lho ini bukti nyata. Setelah itu para wanita Jepara tetap mendominasi kekuasaan. Meskipun dalam bentuk lain, artinya bisa mengambil hati para suami, meskipun suami secara halus hatinya telah tersandera dengan wanita Jepara. 
    Lebih baiknya lagi  wanita jepara cocok dengan laki-laki Mataram (jogja dan sekitar). Wah tambah jaya (ini perkiraan) sedangkan Joko Tingkir Sultan Hadiwijoyo itu mantu dan penerus Sultan Trenggono (Kerajaan Demak).
   Kemudian pindah ke Pajang (Kartosuro dan Solo), lha soalnya dulu Ratu Kalinyamat pernah minta bantuan Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) untuk membalaskan dendam Kalinyamat. suami dari Ratu Kalinyamat pernah dibunuh Aryo Penansang Adi Pati Jipang Panolan (Blora). Hadiwijaya  mau membantu kalinyamat. Konon (mugo mugo salah) diiming-imingi oleh kalinyamat 2 orang perempuan jepara yang cantik dan mempesona. Terpikatlah si Sultan maskarebet Joko Tingkir.
    Lha ternyata anak Joko Tingkir yaitu Suto Wijaya malah yang meneruskan kekuasaan dan pindah tempat di hutan mentoak eh salah....... yang benar itu Mentaok. Mentaok itu ya Yogyakarta dan sekitarnya.
    Nah..... Ini benang merahnya.
    Laki-laki Mentaok Jogja kalau punya istri wanita Jeporo, wong leluhur joko Tingkir kepincut wanita Jepara.
     Hebat Hebat Hebat........ Bravo selamat hari wanita jepara (hari kartini).

Author : kyai. Wahid Zaenal Arifin (seorang tokoh masyarakat Mlatiharjo Semarang Timur)
Editor  : Diemas Nur Falahur Rozaq
     

Minggu, 02 Juni 2019

KESUKSESAN SEORANG SANTRI

Apa kata sam’an wa tho’atan berdampak pada kepribadian santri?
Santri Menjawab;

Sam’an wa tho’atan adalah masdar dari fi’il madhi sam’an dan ‘athoa yang berarti mendengar dan mentaati. Dalam Al-Qur’an tidak ada kata sam’an watho’atan tetapi yang ada sami’na wa atho’na yaitu fiil madhi bertemu dhomir naa atau dalam bahasa jawa berarti “Sendiko Dawuh”, di salah satu ayat Al-Qur’an, yakni QS. Al Baqarah: 285. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang beriman kepada Allah, Rasul-nya, para malaikat serta kitab-kitab yang diturunkan Allah. Mereka menjawab Sami’na Wa Atho’na, kami mendengar dan taat.
 Sebagai santri, sam’an watho’atan kepada kyai atau para guru merupakan kunci utama untuk mendapatkan barokah ilmu yang sudah ditempuh. Karena semua itu akan terasa lebih baik jika kita mengharap barokah dari para kyaidan guru. Dengan trilogy dasar (Iman, Islam dan Ihsan) pembentukan karakter tersebut dapat membentuk mental dan moral santri untuk menghadapi perkembangan zaman.
Keberhasilan seorang santri memang tidak luput dari sam’an wa tho’atannya, baik kepada kyai, guru, maupun peraturan yang ada di pesantren. Memang terlihat sepele, namun menurut saya banyak santri yang sukses karena ilmu mereka yang barokah. Perlu kita ketahui bahwa terkadang ada seorang santri prestasinya sangat luar biasa di pesantren, namun setelah ia lulus dari pesantren, ilmunya kurang bermanfaat bagi masyarakat. Akan tetapi ada juga santri ketika di pesantren terlihat biasa-biasa saja, namun setelah lulus dari pesantren ilmunya bermanfaat bagi masyarakat. Saya yakin seratus persen bahwa kunci keberhasilan seorang santri tidak hanya karena prestasi yang diraih salama sekolah. Namun salah satu faktornya adalah dari bagaimana seorang santri mampu menghargai ilmu dan sam’an wa tho’atan kepada kyai.
Peraturan di pesantren merupakan contoh kecil dari kehidupan masyarakat yang harus dipatuhi. Dalam kehidupan masyarakat, kita harus bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat karena biasanya orang dari pesantren sopan, manut dan lain-lain. Salah satunya adalah mematuhi aturan. Kita seharusnya bisa menjadi contoh agar dapat membuat dukungan dari banyak orang juga bantuan dari orang yang mendukung kesuksesan kita. Dari hal terebut bisa kita simpulkan bahwa, dukungan dan bantuan tak kalah penting dengan usaha agarkita lebih semangat dan lebih mudah untuk meraih pintu sukses. Kedua hal tersebut hanyalah sebuah penyemangat bagi diri kita sendiri, tapi jika hal ini ada dalam perjalanan mengetuk pintu sukses, maka tak diragukan oleh orang-orang.
Di era modern banyak orang meresa dirinya akan sukses jika pintar dan berpendidikan tinggi. Sehingga orang-orang berpendidikan meresa paling benar dan hebat. Mereka cenderung tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan orang lain walaupun bernilai positif. Mereka memiliki asumsi bahwa jika mereka mendengarkan orang lain sama saja mereka tidak memiliki kemampuan dan merendahkan kewibawaan. Mereka lupa bahwa mendengarkan itu juga penting.  Bukankah penemu-penemu hebat di dunia ini tak lepas dari kegagalan-kegagalan atas apa yang dilakukan?, lalu apa yang membuat mereka sukses?, salah satunya yaitu mendengarkan dan menerima kritik maupun saran dari orang lain. Orang yang mendengarkan adalah orang yang hebat. Karena tidak semua orang mau diberi nasehat. Orang yang sukses adalah orang yang berani menerima semua masukan dari orang lain. Lantas?, Bagaimana para santri tidak sukses jika sudah dibekali sam’an wa tho’atan sejak masa mudanya?
Ada beberapa kesan dan pesan dari sang guru untuk santrinya yaitu: niatkan hanya karena Allah dalam segala amal. Niscaya dicatat sebagai ibadah kepada-Nya. Dengarkan nasehat guru dan laksanakan!. Niscaya akan sukses ke depan, setiap ilmu yang kamu dapatkan, amalkan karena allah, nisacaya akan mendekatkan dirimu kepada-Nya. Dan hiasilah dirimu dengan akhlaqul karimah. Tetaplah istiqomah dalam menuntut ilmu, dan yang paling prioritas, tata dulu niatnya, dan tingkatkan agar benar-benar karena Allah. Selamat menjadi Santri yang BERSINDIKO DAWUH.    



Author: Diemas

Rabu, 29 Mei 2019

MAKALAH KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DI MADRASAH DAN SEKOLAH


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan adalah inti dari manajemen
Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki “kepemimpinan”, sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Pada sistem organisasi sekolah, kepala sekolah merupakan pemimpin bagi masyarakat sekolah lainnya baik guru, karyawan, dan siswa. Sebagai pemimpin, maka perilaku kepala sekolah akan berpengaruh terhadap perilaku masyarakat sekolah lainnya. perilaku positif dari kepala sekolah akan memacu guru dan karyawan memberikan perilaku yang positif dalam mencapai tujuan pendidikan. Sebaliknya, perilaku kepala sekolah yang negatif merupakan awal dari gagalnya penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut.

B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Pengertian Kepemimpinan dalam Organisasi Pendidikan?
2.    Bagaimana Peran dan Fungsi Kepemimpinan?
3.    Bagaimana Tipe Kepemimpinan Pendidikan?
4.    Bagaimana Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Islam?


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kepemimpinan dalam Pendidikan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata “leadership” yang berasal dari kata “leader”. Pemimpin (leader) adalah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun. Kata kepemimpinan memiliki arti yang sangat luas sekali, sehingga para peneliti biasanya mendefinisikannya sesuai dengan perspektif individual dan dari aspek fenomena yang paling menarik perhatian mereka.[1]
       Definisi kepemimpinan menurut Stogdill (1974) ialah: 1) Fokus dari proses kelompok, 2) Penerimaan kepribadian seseorang, 3) Seni mempengaruhi peilaku, 4) Alat untuk mempengaruhi perilaku, 5) Suatu tindakan perilaku, 6) Bentuk dari ajakan (persuasi), 7) Bentuk dari relasi yang kuat, 8) Alat untuk mencapai tujuan, 9) Akibat dari interaksi, 10) Peranan yang diferensial, dan 11) Pembuat struktur.
Menurut Yulk(1978), beberapa definisi yang di anggap cukup mewakili selama seperempat abad adalah sebagai berikut :
a)    Kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
b)   Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit, pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.
c)    Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang di organisasikan kearah pencapaian tujuan.
Fiedler (1993: 356) berpendapat, “Leader as the individual in the group given the task of directing and coordinating task relevant group activities.”
Dari pengertian tersebut menunjukan bahwa seorang pemimpin adalah anggota kelompok yang memiliki kemampuan unntuk mengarahkan dan mengoordinasikan kinerja dalam rangka mencapai tujuan. Fiedler dalam hal ini lebih menekankan pada “directing and coordinating”.[2]
Terry dan Rue (1985) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seorang pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan.
Pemimpin adalah orang-orang yang menentukan tujuan, motivasi, dan tindakan kepada orang lain. Pemimpin adalah orang yang memimpin. Pemimpin dapat bersifat resmi (formal) dan tidak resmi (non formal). Pemimpin resmi diangkat berdasarkan surat keputusan resmi dari orang yang mengangkatnya. Pemimpin resmi biasanya mendapat gaji. Sebaliknya, pemimpin tidak resmi adalah pemimpin yang diangkat tanpa surat keputusan dan biasanya tanpa digaji. Seseorang dapat diangkat sebagai pemimpin karena mempunyai kelebihan dari anggota lainnya. Kelebihan itu yang berasal dari dalam dirinya dan ada pula yang berasal dari luar dirinya. Kelebihan dari dalam dirinya karena ia memiliki bakat sebagai seorang pemimpin, dan memiliki sifat-sifat pemimpin yang efektif. Kelebihan dari luar dirinya karena ia dikenal dan memiliki hubungan baik dengan  orang yang sedang berkuasa, punya banyak teman baik, dari keturunan orang kaya, dan dari turunan bangsawan atau penguasa. Pemimpin adalah jabatan atau posisi seseorang di dalam sebuah  organisasi.[3]
Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya.
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu proses mempengaruhi, mengkoordinasi, dan menggerakkan perilaku orang lain serta melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih positif dalam mengupayakan keberhasilan pendidikan[4] .
B.  Peran dan Fungsi Kepemimpinan
Kepala sekolah merupakan penggerak dan penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dapat direalisasikan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola/manajer, kepala sekolah harus mampu menguasai tugas-tugasnya dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Kepala sekolah harus kreatif dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah.
Kepala sekolah juga harus mampu mengatur para guru, pegawai tata usaha, pegawai sekolah lainnya, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan orang tua siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada kebijakan kepala sekolah terhadap seluruh personil sekolah. Covey sebagaimana dikutip oleh Veitzal Rivai (2005:156) membagi peran kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu[5] :
1.    Path Finding (Pencarian Alur);  yaitu peran pencarian visi dan misi yang pasti.
2.    Aligning (penyelaras); artinya peran untuk memastikan bahwa struktur, sistem, dan proses operasional organisasi memberikan dukungan pada pencapaian visi dan misi organisasi.
3.    Empowering (Pemerdaya); peran untuk menggerakkan semangat dalam diri orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreatifitas untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disepakati.
Kepala sekolah memiliki fungsi sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader dan Inovator (EMASLIM). Sebagai seorang manajer kepala sekolah bertugas menyusun perencanaan, mengorganisasi kegiatan, mengarahkan, mengkoordinasikan, melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan, menentukan kebijakan pendidikan di level institusional, melakukan rapat koordinasi dan mengatur berjalannya proses kegiatan, mengelola administrasi sekolah, mengatur OSIS dan hubungan sekolah dengan masyarakat. Sebagai seorang administrator kepala sekolah bertugas membuat  perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan pengelolaan kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, kantor, ruangan, keungan, dan semua unsur yang mendukung berjalannya kegiatan pendidikan.
Sedangkan dalam menjalankan sebagai supervisor, kepala sekolah menyelenggarakan supervisor yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan konseling, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan ketatausahaan, kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait, sarana dan prasarana, dan kegiatan 6K (kebersihan, keamanan, kenyamanan, ketertian, kerapian dan keindahan). Sebagi seorang leader, kepala sekolah harus memimpin dan membawa organisasi menuju tujuan yang akan dicapi. Sedangkan sebagai seorang innovator, kepala sekolah harus menjadi inspirasi dalam menemukan metode dan pendekatan terhadap segala permasalahan yang diihadapi.[6]
C.  Tipe Kepemimpinan Pendidikan
1.    Tipe Otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter digambarkan sebagai kepemimpinan yang memaksakan kehendak kepada para staf dan bawahan dalam system organisasi. Menurut Mulyasa (2006:270)  kepala sekolah yang memiliki tipe otoriter berkeyakinan bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu, menganggap dirinya orang yang paling berkuasa dan mengetahui berbagai hal. [7]
2.    Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis tidak memposisikan dirinya sebagai penguasa organisasi dansatu- satunya penentu kebijakan, akan tetapi ia memainkan peran sebagai leader ditengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha membangun anggota- anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan memperimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
3.    Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga demokrtis semu atau manipulasi diplomatic. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya, jika ia ide-ide, konsep, pikiran, yang ingin diterapkan dilembaga yang dipimpinnya, maka hal tersebut didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa  sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/pikira/ konsep tersebut sebagai keputusan bersama.[8]
4.    Tipe “Laissez- Faire"
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya. Menurut Pasolong (2008;47) pendekatan ini bukan berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Tipe ini berasumsi bahwa suatu tugas disajikan kepada sekelompok yang biasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan tersebut dalam rangka mencapai sasaran- sasaran dan kebijakan organisasi.
5.    Tipe Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner yaitu kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang professional dan dapat membimbing personil lainnya kearah profesionalisme kerja yang diharapkan.
Kepemimpinan visioner merupakan kemampuan memimpin dalam menciptakan, merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholder yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus diarih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil. Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang mengacu atau berorientasi pada terwujudnya visi misi organisasi.[9]
6.    Tipe Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata, yaitu kepemimpinan (leadership) dan transformasional. Kepemimpinan sebagaimana yang telah dijelaskan di awal merupakan setiap tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan memengaruhi orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Istilah tranformasional berasal dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda, misalnya mentransformasikan visi menjadi realita. [10]
Pemimpin transformasional adalah agen perubahan, dan bertindak sebagai katalisator yaitu yang memberi peran mengubah system kea rah yang lebih baik. Dengan demikian seoeang kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan kepemimpinan transformasional jika ia mampu mengubah energy sumber-sumber daya baik manusia maupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah.
7.    Tipe Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan kepada tugas yang diemban bawahan. Pemimpin adalah seseorang yang mendesain pekerjaan beserta mekanismenya dan staf adalah seseoranag yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian. Peran kepemimpinan transaksional lebih kepada peran sebagai manajer karena ia sangat terlibat dalam aspek-aspek procedural manajerial yang metodelogis dan fisik.
Kepemimpinan transaksional tidak mengembangkan pola hubungan  “laissez faire” atau membiarkan personil menentukan sendiri pekerjaannya, karena dikhawatirkan keadaan personil yang perlu pembinaan pola ini dapat menyebabkan mereka menjadi pemalas dan tidak jelas mengerjakan apa.[11]
D.  Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Islam
Dalam konteks Islam, kepemimpinan Nabi Muhammad SAW merupakan tauladan ideal bagi semua level kepemimpinan, termasuk bagi kepala sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan. Empat karakter Nabi Muhammad Saw yakni, Shiddiq, amanah, fatonah, dan tabligh menjadi keharusan bagi para kepala sekolah untuk diinternalisasikan dalam gaya kepemimpinan yang dikembangkannya disekolah.[12]
1.    Karakter Shiddiq
Kata Shiddiq berarti orang-orang yang jujur. Kata shiddiq adalah bentuk penekanan (mubalaghah) dari shadiq, yang artinya orang yang didominasi oleh kejujuran. Shaddiq adalah orang yang benar dalam kata-katanya, sedang shiddiq adalah orang yang benar-benar jujur dalam semua kata-kata, perbuatan, dan keadaan batinnya. Kejujuran menggambarkan keterbukaan terhadap berbagai hal tanpa ada yang disembunyikan sehingga orang shiddiq akan selalu berkata dan berbuat secara benar. Agama Islam memrintahkan umatnya untuk senantiasa hidup dan menjalani kehidupan ini dengan benar. Benar, jujur dalam ucapan dan tindakan, ucapan yang selaras tindakan, tiddak bohong dan tidak ada dusta diantara sesame merupakan nilai dasar shiddiq yang diteladankan rasul bagi umatnya. Kejujuran dan kebenaran itu senantiasa dimiliki dan dilaksanakan dalam berbagai aktifitas kehidupan termasuk dalam memimpin keluarga, sahabat, dan memimpin peperangan, dan itu merupakan kunci sukses dalam meraih kesejahteraan hidup lahir batiin dunia akhirat. Kepala sekolah sebagai pemimpin dunia pendidikan maka sifat shiddiq tidak dapat ditinggalkan. Seorang pemimpin harus belajar menjalankan niat kepemimpinannya dengan sungguh-sungguh, serius atau menjiwai (kaffah).  Seorang kepala sekolah harus belajar berbicara dan mengucapkan sesuatu berdasarkan kemampuan dan keyakinannya agar tidak berbohong sebagai akibat dari ketidakmampuan.
2.    Karakter Amanah
Amanah yaitu segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah SWT; atau sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai memiliki kemampuan untuk mengembannya. Allah SWT percaya bahwa manusia mampu mengemban amanah tersebut sesuai dengan keinginan Allah SWT. Pengertian amanah disini adalah hadirnya suattu kekuatan yang dengannya seorang pemimpin mampu memelihara kemantapan ruhaninya, tidak berkeluh kesah jika ditimpa kesusahan, tidak melampaui batas ketika mendapatkan kesenangan, serta tiidak berkhianat kepada Allah SWT.[13]
Amanah artinya punya kelayakan untuk dipercaya dan kredibel. Lawannya adalah khianat, artinya menyalahgunakan kepercayaan (Muhammad Mahdi bin Abi Dzar an Naraqi, 2003: 119). Sementara Ibnu Katsir menjelaskan bahwa amanah ini sebagai  kewajiban yang harus dilaksankan, yaitu segala macam amal berbuatan yang diamanahkan Allah kepada hambanya.
Dengan demikian, seorang pemimpin termasuk kepala sekolah untuk memiliki kualifikasi kredibel dan dapat dipercaya langkah awalnya harus membangun kualitas moral. Bentuk-bentuknya seperti kejujuran, ketaatan terhadap nilai-nilai kebenaran, integritas, pengabdian dan lainya.
3.    Karakter Tabligh
Tabligh dalam makna bahasa berarti menyampaikan sedangkan dalam makna istilah tabligh adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akkhirat. Isi yang utama an aktivitas tabligh adalah amar makruf nahi munkar. Tabligh bukan saja diartikan mahir dan ahli menyampaikan kebenaran-kebenaran ketuhanan dan kenabian kepada orang lain, akan tetapi lebih focus kepada diri sendiri dan lingkungan dekatnya. Seseorang atau diri yang cerdas secara ruhaniyah adalah ia yang mampu menyampaikan atau bertabligh kepada dirinya dan lingkungan terdekat.[14]
Karakter tabligh merupakan kunci dan erat kaitannya dengan membangun relasi, hubungan yang harmonis dan jalinan komunikasi antar sesama, atasan dan bawahan, dan seterusnya.
4.    Karakter Fathonah
Fathonah adalah hikmah yang diberikan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya sebagai salah satu buah ketaatan dalam beribadah. Seseorang yam memiliki sifat fathonah dapat bersikap bijaksana dan kuat dalam melakukan perubahan, perbaikan, pengembangan, dan penyembuuhan. Ia juga akan paham dan eksis dalam rahasia ketuhanan, dan terhinndar dari kebodohan ruhani.
Seseorang dikatakan memiliki kecerdasan berpikir bukan dilihat dari penyampaian buah pemikiran dengan gaya bahasa yang tinggi dan penuh dengan istilah-istilah filsafat, akan tetapi dari kemampuan memahamkan orang lain. Rasulullah Saw dalam kecerdasannya ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menghubungkan pemikiran kreatif, inovatif, dan positive thingking. Hal ini dapat dibuktikan dari  peristiwa memidahkan hajar aswad yang dipertentangkan bahkan akan menimbulkan peperangan diselesaikan atas inisiatif dan kecerdasan rassul dapat dipindahkan dengan damai.[15] 


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kepemimpinan sebagaimana yang telah dijelaskan di awal merupakan setiap tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan memengaruhi orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan pendidikan adalah suatu proses mempengaruhi, mengkoordinasi, dan menggerakkan perilaku orang lainserta melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih positif dalam mengupayakan keberhasilan pendidikan.
Peran dan Fungsi
       Peran kepemimpinan menjadi tiga bagian yaitu path finding, aligning, empowering. Seorang manajer kepala sekolah berfungsi sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, dan Inovator.
Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan pendidikan yaitu otoriter, demokratis, pseudo-demokratis, laissez faire, visioner, transformasional dan transaksional. Karakteristik kepemimpinan pendidikan berbasis Islam yaitu meneladani sifat-sifat beliau Nabi Muhammad Saw. Sifat dan perilaku yang harus kita contoh dari Nabi Muhammad Saw adalah Karakter shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah.
B.  Kritik dan Saran
Pemakalah mengucapkan terimaksih kepada pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca makalah kami. Apabila dalam penyusunan malakah ini terdapat kesalahan atau kekeliruan pemakalah memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran pembaca sangat berguna bagi perbaikan makalah kami untuk lebih sempurna lagi.


DAFTAR PUSTAKA
Engkoswara dan Aan Komariah. 2011. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Hidayat, Ara dan Imam Machali. 2010. Pengelola pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Education
Jahari, Jaja dan Amirulloh Syarbini. 2013. Manajemen Madrasah Teori, Strategi dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
 Machali, Imam. 2016. The Handbook of Education Management Teori dan Praktek Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia. Jakarta:  Prenadamedia. Group.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2015. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Usmani, Husaini. 2009. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 3. Jakarta: Bumi Aksara,


[1] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelola pendidikan, (Yogyakarta:Pustaka Education 2010), Hlm.81
[2] Imam Machali, The Handbook of Education Management Teori dan Praktek Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, (Jakarta:  Prenadamedia Group, 2016), Hlm.83
[3] Husaini Usmani, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 3, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), hlm.
[4] Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 177-178
[5] Jaja jahari dan Amirullah Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), Hlm. 102
[6] Jaja jahari dan Amirullah Syarbini, loc.Cit
[7] Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), Hlm. 127
[8] Jaja jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.115
[9] Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Op.Cit , Hlm. 142
[10]Ibid, Hlm. 149
[11] Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 190
[12] Jaja jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.117
[13] Ibid,
[14] Jaja jahari dan Amirulloh Syarbini, loc.cit
[15] Jaja jahari dan Amirulloh Syarbini, Op.cit., hlm.125




Author: Lilis Assifah
Editor: Diemas