Sabtu, 11 Juli 2020

MAKALAH PENELITIAN STUDI KASUS BIDANG PENDIDIKAN

PENELITIAN STUDI KASUS BIDANG PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

    Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
    Suatu penelitian, khususnya dalam ilmu-ilmu pengetahuan empiris, pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Menemukan berarti berusaha mendapatkan sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan (research eksploratif).
    Mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam apa yang sudah ada, sedangkan menguji kebenaran dilakukan jika sudah ada, masih atau menjadi keraguan kebenarannya.
    Banyak penelitian yang perencanaanya tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya. Terdapat kecenderungan dikalangan peneliti untuk mmenyelidiki sesuai dengan lapangan guna mengumpulkan data tanpa perencanaan yang matang. Pada waktu hendak mengolah datanya barulah dirasakan adanya kekurangan-kekurangan dalam penelitian secara keseluruhan, sehingga hasil yang diperoleh tidak memuaskan, baik bagi si peneliti sendiri, maupun bagi pihak yang akan mempergunakan hasil penelitian tersebut.oleh karena itu,studi kasus ini sangat penting artinya untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
B. Rumusan Pembahasan
    1. Apa yang dimaksud studi kasus?
    2. Apa sajakah jenis-jenis studi kasus?
    3. Apa sajakah langkah-langkah penelitian studi kasus ?
    4. Apa kelebihan dan kekurangan studi kasus dalam penelitian?
C. Tujuan
    1. Untuk mengetahui pengertian dari studi kasus.
    2. Untuk mengetahui jenis-jenis studi kasus..
    3. Untuk mengetahui langkah langkah penelitian studi kasus.
    4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan studi kasus dalam penelitian.

A. Pengertian Studi Kasus
       Studi kasus atau case Studi adalah sebuah eksplorasi dari “suatu system yang terikat” atau “suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan brbagai sumber informasi yang “kaya” dalam suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu.
       Dengan perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kusus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci ddan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data secara tertentu. Lebih lanjut Sayekti Pujosuwarno (1986: 1) mengemukakan pendapat dari Moh. Surya dan Djumhur yang menyatakan bahwa studi kasus dapat diartikan sebagai suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang baik.
        Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011:250) studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. Pendapat serupa disampaikan oleh Bimo Walgito (2010: 92) studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan(riwayat hidup). Pada metode studi kasus ini diperlukan banyak informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang agak luas. Metode ini merupakan integrase dari data yang diperoleh dari metode lain.
    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan metode pengumpulan data secara komprehensif yang meliputi aspek fisik dan psikologis individu, dengan tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam dan komprehensif.

B. Jenis Jenis Studi Kasus
    Dalam Buku Dr. Tohirin, M.Pd., jenis-jenis studi kasus ada dua yaitu:
    1. Studi kasus tunggal
        Studi tunggal ini memungkinkan untuk mendalami secara mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu atau beberapa peristiwa dari sebuah fenomena.
    2. Studi kasus majemuk
        Penggunaan dua studi kasus atau lebih memungkinkan generalisasi untuk lingkup yang lebih                  luas. Namun semakin banyak jumlah kasusnya, maka akan semakin sedikit manfaat yang bisa               diperoleh dari pendekatan studi kasus.
Sedangkan Jenis studi kasus menurut Bogdan dan Biklen (1982) diklarifikasikan sebagai berikut:
a) Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan            dalam kurun waktu tertentu, dengan menelusuri perkembangan organisasinya. Studi ini kurang                memungkinkan untuk diselenggarakan karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara     minimal.
b) Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran-serta         atau pelibatan(participant observasi), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu atau         beberapa segi organisasinya. Bagian- bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain:
        i. suatu tempat tertentu di dalam sekolah
        ii. satu kelompok siswa;
        iii. kegiatan sekolah.
c) Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan     narasi orang pertama. Untuk jenis wawancara yang dilakukan oleh ahli sejarah disebut sebagai                sejarah lisan, mereka biasanya memwawancarai orang-orang dengan kepemilikan sejarah yang khas,     sedangkan kepada orang tidak memiliki latar belakang khusus seringkali disebut sejarah “orang            kebanyakan”.
d) Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan yang dipusatkan pada         suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar.
e) Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa            atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah       dipelajari dari semua sudut pandang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang            tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
f) Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil.    Seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada           anak-anak yang sedang belajar menggambar.

C. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
    1) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan             bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang,                         lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit sosial.Ukuran dan kompleksitas objek                 studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-                sumber yang tersedia.
    2) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai             dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai             instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan                          lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.
     3) Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan                 mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses                         mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data                 dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data            dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul         atau setelah selesai dan lapangan.
    4) Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus                hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori          yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan          dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam                     kategori yang sudah ada.
    5) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, mudah dibaca, dan                             mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga memudahkan pembaca             untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke              dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.

D. Kelebihan dan Kekurangan Studi Kasus
    Adapun kelebihan dari Studi kasus yaitu:
    a) Analisis intensif yang dilewatkan tidak dilakukan oleh metode lain.
    b) Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus
    c) Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail diteliti
    d) Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam menghasilkan                     hipotesis yang diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada penelitian berikutnya
    e) Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi deskriotif yang baik dan                 dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau menyanggah teori.
    Adapun kelemahan dari studi kasus yaitu:
    1. Studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya                bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan                     validitas dari hasil penelitian studi kasus.
    2. Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka                    mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
    3. Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target         kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah                 rendah.
    4. Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan pada                    persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah.
    5. Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman iformasi yang digali pada studi             kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada          studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini, sebagian          orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-penelitian kuantitatif.
    6. Karena fleksibilitas disain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih focus studi ke rah         yang tidak seharusnya.

BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan

    Studi kasus berguna apabila seseorang/peneliti ingin memahami suatu permasalahan atau situasi tertentu dengan amat mendalam dan dimana orang dapat mengidentifikasi kasus yang kaya dengan informasi, kaya dalam pengertian bahwa suatu persoalan besar dapat dipelajari dari beberapa contoh fenomena dan biasanya dalam bentuk pertanyaan. Studi kasus pada umumnya berupaya untuk menggambarkan perbedaan individual atau variasi “unik dari suatu permasalahan. Suatu kasus dapat berupa orang, peristiwa, program, insiden kritis/unik atau suatu komunitas dengan berupaya
menggambarkan unit mendalam dan detail.

B. Kritik dan Saran
    Apabila terdapat kesalahan didalam makalah ini, mohon kritik dan saraannya agar makalah ini menjadi lebih baik untuk kedepannya. Dan agar kita bisa lebih memahami tentang Studi Kasus bidang Pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V ,
Jakarta: Rieneka Cipta
Fitrah, Muh, Luthfiyah, 2017. Metedologi Penelitian; penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas&
studi kasus. Sukabumi: CV jejak
https://eprints.uny.ac.id/9718/3/Bab%203%20-07104241010.pdf
Sedarmayanti, Hidayat, 2011 .Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju
W, Surachmad, 1982. Pengantar Penelitian. Bandung: Tarsito.
Wahyuni, Sri, 2013,Metode Penelitian Studi Kasus, Madura: UTM Press

AUTHOR : DIEMAS

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

RESUME PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Pengertian Penelitian Tindakan Sekolah
        Penelitian atau riset , Kata riset itu berasal dari bahasa inggris yaitu “research” , “RE” itu artinya “kembali” dan “Search” itu artinya “Mencari”. Dengan secara etimologi penelitian tersebut berarti “mencari kembali” yakni mencari fakta-fakta yang baru yang setelah itu dikembangkan dan menjadi suatuteori untuk dapat memperdalam serta memperluas ilmu tertentu.
        Penelitian tindakan sekolah dapat diartikan sebagai sebuah penelitian tindakan, atas hal-hal yang ada dalam ruang lingkup pendidikan dalam hal ini sekolah, sifatnya memerlukan tindakan segera, dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.

B. Tujuan Penelitian Tindakan Sekolah
1. Memperbaiki situasi sekolah saat ini.
2. Meningkatkan mutu input, proses, dan output sekolah.
3. Mengembangkan inovasi input, proses, dan output sekolah.
4. Meningkatkan kinerja sekolah yang terkait dengan mutu, inovasi, keefektifan, efisiensi, dan produkivitas sekolah.
5. Meningkatkan kemampuan profesional sebagai kepala sekolah.
6. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah.
7. Membimbing guru dalam merencanakan, melaksanakan, melaporkan, dan menindak lanjuti hasil PTS.
8. Mengembangkan ilmu terapan/praktis (professional knowledge).

C. Karakteristik Penelitian Tindakan Sekolah
1. Berorientasi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas akademik melalui kegiatan supervisi kepala sekolah atau pengawas sekolah.
2. Dikerjakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah sebagai pelaku supervisi.
3. Dilakukannya tindakan-tindakan perbaikan secara terencana dan sistematis serta berulang-ulang.
4. Bersifat praktis dan hasilnya dapat segera diketahui, tidak seperti penelitian formal yang lain.

D. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Sekolah
1. Problem emergence, berarti PTS diarahkan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang memerlukan pemecahan segera.
2. Problem oriented, berarti PTS berpusat pada masalah-masalah yang memerlukan penanganan mendesak.
3. Multy-ways, berarti masalah-masalah yang ditemukan dapat dipecahkan melalui berbagai macam cara.
4. Continues repeatedly, berarti masalah-masalah dipecahkan secara berulang-ulang dan terus-menerus sampai selesai dan tuntas.
5. Therapeutics evaluation, berarti penelitian melakukan tindakan dalam rangka evaluasi dan refleksi.
6. Collaborative, berarti penelitian dapat dilakukan secara berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait yang menguasai permasalahn.

E. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Sekolah
1. Perencanaan, Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan peneliti saat akan memulai tindakannya.
2. Pelaksanaan (Tindakan), Langkah pelaksanaan adalah penerapan rencana yang telah disusun.
3. Pengamatan dan Evaluasi, Pengamatan adalah pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan sedangkan Evaluasi adalah proses penetapan hasil pelaksanaan tindakan berdasarkan indikator-indikator tujuan penelitian tindakan sekolah yang telah ditetapkan.
4. Refleksi, Refleksi dilakukan terhadap proses dan hasil pelaksanaan tindakan dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan hasil yang lebih baik.

F. Etika Penelitian Tindakan Sekolah
1. Bersikap jujur, misalnya dengan tidak plagiat, tidak fiktif, dan tidak mengubah data, serta menuliskan sumber/referensi yang dikutip.
2. Tidak mengganggu tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah/ madrasah.
3. Tidak mengganggu proses pembelajaran dan tugas mengajar guru maupun kegiatan pendidikan yang sedang berlangsung di sekolah.
4. Tidak banyak menyita waktu dalam pengamatan, observasi, dan cara pengambilan data lain di luar proses tindakan.
5. Meminta ijin kepada orang-orang yang diteliti.
6. Menjamin kerahasiaan data responden yang diteliti.

AUTHOR : DIEMAS

PENELITIAN PUSTAKA BIDANG PENDIDIKAN


RESUME PENELITIAN PUSTAKA BIDANG PENDIDIKAN

A. Pengertian Metode Penelitian Kepustakaan
        Menurut Mardalis Penelitian Kepustkaan salah satunya bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan, seperti: buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan kisah-kisah sejarah dan lain-lainnya. Pada hakekatnya data yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan dapat dijadikan landasan dasar dan alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan.
       Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku- buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan - laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Dalam proses penelitian kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan.
    Kesimpulan penelitian kepustakaan salah satunya dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan data/informasi dari berbagai sumber pustaka kemudian diolah dan disajikan dengan cara baru untuk memperoleh kepentingan yang baru. Penelitian pustaka hendaknya dilakukan dimulai dari infromasi yang umum, baru kemudian diperoleh dari informasi yang lebih spesifik. Penelitian kepustakaan sebaiknya menggunakan sumber acuan pustaka yang menggunakan sumber primer, berasal dari hasil laporan penelitian ilmiah, seminar hasil penelitian, dan jurnal-jurnal penelitian.

B. Metode Analisis Data Penelitian Kepustakaan
    1. Pengumpulan Data Penelitian Kepustakaan Penelitian kualitatif dalam penggalian data harus secara mendalam (seakar- akarnya). Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti harus tunduk (disesuaikan) dengan jenis penilitian. Karena penelitian kepustakaan merupakan jenis penelitiain kualitatif maka biasanya sumber data utamanya adalah manusia dan benda-benda empiris yang sesuai dengan tema penelitian.
    2. Analisis Data Penelitian Kepustakaan Penelitian Kualitatif merupakan jenis penelitian yang kaya dengan analisis data untuk memaknai sumber data yang telah ada, salah satunya menggunakan reduksi data kemudian melakukan penarikan kesimpulan
dengan menggunakan logika, estetika, dan etika. Nilai pustaka ditentukan oleh sifat kebaruan pustaka dan luasnya publikasi pustaka. Internet memungkinkan pencarian informasi berkait dengan topik menjadi sangat mudah. Informasi (data) tersedia dalam berbagai format, oleh karena itu dalam memilih sumber pustaka harus teliti sesuai dengan tema penelitian.
    3. Penyusunan Laporan Dalam penyusunan laporan kualitatif harus sistematis atau runtut dalam ‘menceritakan’ (memaparkan) datanya, sehingga terjadi kesinambungan antara dari BAB pertama sampai BAB terakhir. Seperti halnya membuat novel, yang mana terjadi kesatuan integral cerita antara dari paragraf pertama hingga terakhir.

C. Langkah-Langkah Penelitian Pustaka
        1. Alat perlengkapan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu Menyiapkan yang akan dibutuhkan dalam penelitian nantinya, seperti pensil, pena, dan alat untuk mencatat hal-hal yang menjadi bahan utama penelitian, atau pun untuk mencatat sumber buku sebagai refrensi.
        2. Menyusun bibliografi kerja Setelah alat perlengkapan penelitian lengkap tugas pertama dalam riset kepustakaan adalah mulai dengan menyusun Bibliografi kerja yaitu catatan mengenai bahan sumber utama yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
        3. Mengatur waktu hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah waktu, pengaturan waktu harus dilakukan untuk menghindari banyak terbuangnya waktu sia-sia. waktu penelitian harus diatur kapan mulai penelitian dan kapan harus selesainya.
        4. Membaca dan membuat catatan penelitian Pada tahap terakhir ini peneliti harus membaca bahan-bahan dan membuat catatan penelitian guna kelengkapan bahan yang diperlukan dalam penelitian. karena memang penelitian kepustakaan data yang diperoleh hanya melalui buku maka dalam melakukan pemnelitian peneliti harus membaca dan mencatatat bahan utama dalam penelitian.

AUTHOR : DIEMAS